Selasa, 15 April 2008

BUAT MEREKA TERSENYUM

"Senyum tanda bahagia", begitulah orang biasa menterjemahkan sebuah senyuman. Dalam sebuah pesan baginda Nabi, "Senyummu di hadapan saudaramu adalah shodaqoh". Itu adalah senyum kita untuk orang lain. Tapi bagaimanakah kita membuat orang lain tersenyum karena suatu hal dari kita?... Kadang kita tersenyum untuk orang lain saja susah, bisa...agak dipaksakan, tarik bibir kita ke atas 2 cm ke kanan dan ke kiri, tarikan bibir kita tidak kompak kanan kirinya saja, bukan katagori "senyum". Apalagi membuat orang tersenyum ....

Terkadang hal kecil yang kita lakukan untuk orang lain, bisa membuat orang tersenyum dan bahagia.

Suatu hari, sebuah tantangan baru. Membuat peluncur roket, di Jepang, ini mainan untuk adik playgroup, di Indonesia, ini mainan tingkat mahasiswa. Teman-teman Asatidz SD Islam Insan Kamil pinginnya selangkah lebih maju, ini mereka rancang untuk mainan anak-anak SD Islam Insan Kamil.

Materi mereka siapkan dari beberapa sumber, download dari internet, memanfaatkan fasilitas gress Insan Kamil. Setelah semua siap..., mereka panggil p. Iwan( seorang wali murid yang punya ghiroh besar untuk membantu teman-teman asatidz), meskipun nggak pernah bikin, melihat rancangannya saja...dengan penuh keyakinan Beliau ambil tantangan ini. Setelah muter-muter cari bahan, besoknya seharian... dengan penuh "ketelatenan dan ketelitian" ( ini yang tidak aku punya, sering aku harus banyak belajar pada beliau), beliau mulai mengerjakan tantangan ini. Seharian penuh beliau mengerjakan peluncur roket ini (ya Allah...berikan kemudahan rizkiMu buatnya, amiin...). Tidak sia-sia .... peluncur roketpun berhasil dirancangnya.
Keesokan harinya..., dengan penuh antusias, anak-anak mulai mencoba roketnya untuk diluncurkan...Alhamdulillah berhasil...berhasil ...yes ..., basah kuyup mereka terkena cipratan dan semprotan air dari roket mereka. Ya...jadi basah deh... nggak pa-pa us...yang penting kan bahagia, celetuk mbak putri yang terkenal kalem ini menimpali. Kok bahagia nak... ia... kan kita berhasil meluncurkan roketnya, akhirnya mereka sama-sama bahagia dan tertawa sambil memandangi satu persatu roket mereka diluncurkan.
Subhanallah...senyum mereka tulus membahagiakan Asatidz yang mendampingi mereka bikin proyek akhir, senyum mereka membuat bahagia Ust.Agus yang punya ide bikin roket air, senyum mereka indah di mata p. Iwan yang sudah meluangkan waktunya untuk membantu menterjemahkan keinginan asatidz membuat peluncur roket.
Ya Allah izinkan kami untuk selalu bisa memberikan senyuman kami kepada mereka, dan izinkan kami untuk selalu bisa menikmati senyum mereka.



Jumat, 11 April 2008

"Ku sediakan telingaku"

Sabtu, 12 April 2008
Bubaran KBM , untuk beberapa anak hari ini adalah yang mereka tunggu. Tika, Irin, Shofi, Ifa, Miftah, Ais,Icha dan Farah. Sedikit tegang wajah mereka, tapi kulihat ada yang lebih tegang... Ayah dan Bunda mereka. "Tes kenaikan jilid Qiroati"..., bukan "Tes kenaikan pangkat"..., tapi bagi mereka ini juga tak kalah pentingnya untuk kehidupan mereka kelak.Didampingi ortunya masing-masing di sebelah mereka. Aku jadi teringat "Mamamia", acara di sebuah televisi yang saat ini lagi "ngetrend-ngetrendnya".
Seringkali Mama juga ikut mengingatkan bacaan anak-anaknya yang salah. Al Hamdulillah... inilah saatnya orang tua juga harus memperhatikan keberhasilan belajar sang anak, bahkan sampai pelajaran Al Qur'an. Tidak seperti waktu kecilku dulu, pertama diantarkan ke rumah seorang Ustadz " dipasrahkan"...(bongko'an lagi) sampai beberapa tahun, ...tahu...tahu anaknya sudah hatam.
Kembali pada Tes Qiroati "Ala Insan Kamil" ....
Orang tua akan serentak kontak Dewan Asatidz kalo anaknya kok lama...nggak maju tes. Sebuah perhatian yang luar biasa, meskipun kadang orang tua tidak mau tahu kekurangan anaknya apa? (pelafalan huruf? mengingat huruf? konsentrasi rendah ? atau yang lain...?)yang kadang membuat Asatidz "mumet" mikir gimana caranya.
Hari ini aku harus menyediakan telingaku dan perhatianku pada "Delapan muslimah kecil" di hadapanku. Satu persatu...halaman perhalaman mereka baca dengan baik dan lancar, meskipun terkadang masih saja ada yang "keselip", kurang panjangnya, kurang dengungnya, kurang fasih hurufnya. Tapi...ya itulah anak-anak. Ditutup dengan hafalan surat pendek dn tashdiq, selesailah tes hari ini. Kubacakan satu-satu koreksi kekurangan mereka. Akhirnya aku mengambi keputusan kalo mereka berdelapan bisa melanjutkan ke jilid berikutnya. Pasti dengan dua syarat yang selalu aku berikan kepeda murid-muridku,"muroja'ah setiap ba'da sholat maghrib dan disiplin, tertib pada jam Al Qur'an. Sontak mereka berenambelas "dengan ortunya" mengucapa Hamdalah bersamaan, meskipun tanpa komando dibaca bersama.
Bias wajah dan nafas kelegaan aku perhatikan, ...
Ya Allah...Hari ini kusediakan telingaku untuk menyimak firman-firman Mu dibaca kedelapan muridku,...Sudilah kiranya Engkau menyedikan "pendengaran Mu" untuk do'a kedelapan muridku untukku...., Amiin.