Kamis, 11 September 2008

Merahnya Bullechi

Brrruak......, si kecil ku pulang sekolah banting pintu. Lama ... Dia membiarkan dirinya asyik di dalam kamarnya. Utinya yang sayang sekali sama Dia agak deg- degan. Kok nggak keluar-keluar ya...? kenapa...? Si Uti agak kebingungan. Biasanya si Adik kalau sudah banting pintu kamar pasti ada apa-apa, kata Uti dengan harap cemas dibukakan pintu kamar.

Adik...adik..., panggil Uti lembut, maklum cucu perempuan kesayangannya (maklum cucu perempuannya baru satu), akhirnya dengan berat hati si Adik bukakan pintu. Kenapa sayang...? kok datang-datang masuk kamar dan banting pintu sih...? kata Uti dengan nada yang sangat hati-hati (Uti khawatir ini jadi kebiasaan buruk si Adik sampai besar nanti, sedikit ada masalah dengan orang lain apalagi dengan suami...bisa bahaya)

Tadi lho Abi...sambil agak sesenggukan Adik menjelaskan duduk permasalahannya, Abi bilang kalo Adik nggak puasa. Lho memang kenapa? Adik habis makan? habis minum? Adik menggeleng. Terus kenapa? Gini lho Uti..., Tadi Adik di sekolah sama-sama teman-teman kan nyari bulechi (yang buahnya kecil-kecil, merah, rasanya manis, ada vitaminnya nggak ya...?) Terus Adik Jadi kepingin, terus Adik nyicipin satu aja, habis Adik nggak bisa nahan..., buahnya yang merah itu kan rasanya manis.

Subhaanallah.... bulechi toh..., emang sih sangat menggoda. Buahnya yang merah-merah bergantungan bikin setiap anak pasti rela berebutan manjat, berebutan sebatang kayu yang biasanya dipakai ngambil buah itu. Meskipun panas terik siang hari, nggak jadi soal.

Gadis kecilku..., siswi TK A, ramadhon kali ini sudah mulai berpuasa, meskipun dluhur berbuka dilanjutkan lagi sampai maghrib. Sahur bersama Kakaknya, meskipun makan dengan mata tertutup karena masih ngantuk, meskipun pulang sekolah selalu tidur siang sambil selalu melihat ke jam dinding karena menunggu waktu buka tiba. Bagi Bunda Engkau anak yang membanggakan.

Tapi hari itu, puasanya batal hanya karena sebutir buah bullechi, yang menurut dia buah yang sangat menggiurkan. Begitulah Nak berpuasa..., berat bagi orang yang tidak mempunyai iman. Wajarlah...bagi engkau gadis kecilku..., di luar sana banyak orang-orang dewasa, di waktu siang orang lain berpuasa eh..., malah asyik makan siang di restoran.

Pengalaman perjalanan spiritualmu di waktu kecil akan terukir sampai kelak engkau dewasa. Bukankah belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, dan belajar sesudah dewasa bagai melukis di atas air.

Do'a Bunda selalu mengiringi setiap langkahmu....I love you.

Kamis, 04 September 2008

Romadhon Kariim

Marhaban yaa Ramadhon..., Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah aku di bulan yang paling mulia, yang didalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, ya....Romadhon Kariim. Bulan yang selalu dinantikan kehadirannya bagi orang-orang yang selalu bisa menikmati keberkahannya.

Marhaban yaa Ramadhon..., Alhamdulillah aku selalu bisa bergembira ketika detik-detik itu akan datang, Aku selalu berusaha untuk menyambutnya dengan suka cita. Betapa tidak ? Bulan yang Subhaanallah..., Engkau limpahkan anugrah yang tak terkira. Ibadah sunnah yang kita kerjakan akan di beri pahala oleh allah sebagaimana ibadah fardlu, ibadah fardlu yang kita kerjakan Allah akan limpahkan 70 kali pahala. Allahu Akbar..., betapa Allah Pemurah di bulan ini.

Marhaban yaa Ramadhon..., malam-malam yang selalu aku rindukan untuk bisa bermesraan denganMu yaa Rabb, malam-malam yang selalu aku nikmati takbir, ruku' dan sujudku. Hari-hari yang siangnya...meskipun dunia semakin panas...,hujanpun tak kunjung turun, kerongkonganpun kering...tapi... nikmat kurasakan. Hari-hari dengan tilawah Quran Mu..., kurasakan semakin syahdu dari pada hari biasa. Inikah nikmat yang Engkau lebihkan Rabb? buat kami hamba-hambaMu yang selalu merindukan belaian RahmatMu, dekapan RahimMu.

Ramadhon...yaa Ramadhon..., hari ini hari kelima, rasanya baru kemarin baru kusambut kedatanganmu, begitu cepat lima hari berlalu, mungkin esok akan terus terasa lebih cepat. Tahan...tahan ...tahan ya Allah..., aku ingin menikmati bulan istimewa ini dengan segenap rasa dan ragaku. Aku takut ya Allah..., bila di bulan yang mulia ini aku tidak gunakan dengan maksimal untuk merih ridloMu. Tapi tiba-tiba kekhawatiran yang lebih besar tiba-tiba menyeruak dalan perasaanku. Aku takut ya Allah...,kalau Ramadhon kali ini menjadi Ramadhon terakhirku...., Jangan... jangan ya Allah.... izinkan aku masih bertemu dengan ramadho-ramadhon Mu yang akan datang. Aku masih belum mempunyai banyak amal yang akan menemaniku untuk mengahadapMu.

Sekali lagi ya Allah..., berikan aku kesempatan untuk menikmati RamadhonMu yang akan datang. Do'a tinggalah do'a, tiada banding dengan kekuatan dahsyatMu. Hamba mohon berikan aku kesempatan untuk merengkuh ridloMu.

Allahumma balighna Romadhona Jud lana Bil Ghufron. Allahumma innaka 'Afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni. Amiin.