Kamis, 21 Agustus 2008

Shodaqoh Ruas Tulangku

Hari itu, Selasa 19 Agustus 08

Dua hari setelah libur, bikin anak-anak kangen dengan sepak bolanya, kangen dengan bercengkrama dengan sohib-sohibnya. Bercerita tentang kegiatan agustusannya. Sampai pada jam istirahat, kulihat anak-anakku kelas empat sudah siap-siap dengan bola plastiknya, bola kesayangannya.

tiba-tiba aku teringat sesuatu... Kak...sudah sholat dluha? pertanyaanku membuat wajah-wajah mereka yang asalnya bersuka cita, tapi tiba-tiba pias dengan pertanyaanku. Raut muka mereka seketika cemberut, manyun dan yang lainnya deh ... pokoknya yang nggak enak dilihat. Aku tersadar .... hari ini aku tidak bisa mengawal mereka karena memang aku berada di kelas lain. Lagian, maaf...(aku lagi nggak sholat) maka lengkaplah sudah alasan yang membuat mereka merasa terbebas dari shilat dluha.

Selesai pelajaran... kutanya anak-anakku yang hebat-hebat ini, anak-anak yang selalu bersamaku melalui hari-hari. sekedar mengingatkan mereka, kenapa sih kok kita harus belajar membiasakan diri untuk sholat yang satu ini. Ku pancing mereka dengan pertanyaan sekitar fadhilah sholat dluha. satu persatu jawaban dari lisan mereka terdengar. Supaya dimudahkan Allah, supaya diberi rezeki, supaya dilancarkan Allah, supaya dibebaskan dari kesulitan (itulah jawaban anak-anak, sama ... meskipun redaksionalnya berbeda)

Tapi... Subhaanallah... ada satu jawaban yang pas kudengar dari antara mereka. Sholat dluha adalah pengganti shodaqoh dari masing-masing ruas tulang-tulang kita Ustadzah. Yap...Inilah jawaban yang aku tunggu-tunggu.

Aku berbalik lagi untuk memancing mereka dengan kenikmatan-kenikmatan Allah. Aku tanya mereka dengan "Pengertian rizki", ternyata...sekali lagi. anak-anak ini adalah anak-anak yang luar biasa... ternyata...mereka tahu bahwa rizki itu tidak hanya berupa kenikmatan materi yang sudah Allah berikan kepada kita. kesehatan, akal yang sehat, kesempatan untuk bisa mencari ilmu, keluarga yang baik, itu adalah kenikmatan yang luar biasa yang sudah Allah limpahkan kepada kita.

Alhamdulillah...puji syukur kepada Engkau ya Allah...yang telah membukakan pintu-pintu kefahaman dan ilmu kepada mereka.

Akhirnya... dua hari setelah itu, anak-anakku sudah mulai semangat lagi dengan sholat dluhanya.Meskipun Aku sendiri belum bisa mendampingi mereka. Subhaanallah... begitu dengan mudah Engkau meluruskan hati-hati yang bening bagai telaga KautsarMU.

Jumat, 08 Agustus 2008

Sekedar melepas lelah.....?

Hari itu Jum'at 8 agustus, Iman namanya...si kecil putra keduanya Ust. Ayyub. Dari Surabaya 3 hari yang lalu di Tuban untuk sekolah, jauh amat.... dari Surabaya. Namanya juga anak-anak, jauh dari Umminya dan "Fia" adik kecilnya...bikin Iman...kadang masih rewel. Dia anaknya ceria, mandiri bikin aku sendiri suka gemes. Karena suasana hatinya belum bisa bikin dia enjoy, kemarin lusanya Us. Eva sempat nagajak dia jalan-jalan, sampai ada ide bawa dia keliling kelenteng. Merasa senang... besoknya dia ngajak main lagi...katanya karena belum bisa keliling di lantai empat, kayak apa yah kelentang dekat rumahku itu...? aku aja belum pernah keliling ke sana.

Tapi hari itu.., ada yang menarik keinginan Iman... tapi tidak keliling kelenteng. Horee...bermain di laut sambil bawa bola. Cerialah wajah si Iman. Rupanya dia sudah janjian sama Si Sulungku Eca. Menunggu Us. Eva..., cemas wajah Iman kulihat. Us. Eva mana ya...? kok lama...? Yang ditunggu sudah datang... seketika... sumringah wajah Iman.

Kami berjalan beriringan...sampai di pantai... angin pantai menerpa iringan jalan kami. Kurasakan segar sekali... apalagi kulihat iring-iringanku, Us. Eva, Iman, Si Sulunku Eca dan Si Bungsuku Qiqi. Dengan membawa bola, minuman dan makanan kecil, (meskipun nggak mereka sentuh karena keasyikan bermain).

Pantai depan gang rumahku, setiap hari kulewati...tapi jarang sekali atau bahkan aku nggak pernah jalan-jalan menikmati pagi atau sore hari liburku, apalagi dengan dua buah hatiku. Tapi sore ini.... benar-benar kunikmati..., apalagi melihat canda tawa mereka. Nikmat yang paling besar buatku. Subhaanallah.... kenapa kulewatkan keindahan yang sudah Engkau sediakan Ya Allah. Bermain dengan mereka dengan gulungan gelombang... ke tengah...semakin ke tengah...aku tidak bisa melepaskan pandangan ku..., selalu berteriak kalau mereka keasyikan dan tambah menengah..., sampai kemudian...., Eca.. gleg...gleg..., Bunda... air lautnya terminum..., oh ya...., airnya pahit kata Iman..., Haa.. pahit ? emang air laut pahit ? eee....keliru asin katanya sambil tertawa...ha...ha...ha.

Bosan mereka bermain air, ganti acara... bermain bola. Iman membagi pemain, Us.Eva dan Aku, Iman dan Eca. Bermain bola dengan mereka, hu..... asyik tapi capek sampai kami kalah 3-1. Ternyata melelahkan. Aku teringat murid-muridku yang nggak punya lelah dan capai, meskipun pulangnya sudah sore, tapi mereka masih saja meluangkan waktu untuk bermain bola. Subhaanallah badan-badan yang kuat dan sehat.

Setelah kami kecape'an dan hari mulai sore..., kami bersiap pulang. Tapi kayaknya, krucuk...krucuk bunyi perut kami. Makan bakso sepertinya asyik sambil melihat laut. Tapi sayangnya "pentol"nya habis. Jadi deh kita makan dengan tahu dan balungan. Dan....sepertinya Eca dan Iman kelaparan mereka sampai haus menambah lontong.

Dan...sore ini... ternyata tidak hanya sekedar melepas lelah... Iman...kulihat sangat senang sekali, apalagi dua anakku dan kami berdua (dengan Us.Eva) sedikit terlepas dari kepenatan kegiatan rutin kami. Allah.... berikan kami kesempatan untuk bisa selalu menikmati keindahan dan keceriaan yang Engkau berikan . Iman... kutunggu kamu di Tuban, belajar dengan kami dan teman - teman.

Minggu, 03 Agustus 2008

Kelas Baruku

Hari-hari aktifpun mulai, persiapan sudah dilakukan, meskipun terkadang masih ada yang kurang di sana dan di sini. Berjumpa lagi dengan anak-anak setelah liburan...wah wajah-wajah ceria, pipi-pipi mereka yang tambah tembem-tembem, kulit-kulit mereka yang tampak tambah bersih ( karena nggak dipanggang di bawah matahari karena keasyikan main bola), senyum sapa dan salam mereka kudengar lagi.

Memasuki kelas-kelas barunya...heboh..., menunggu...dengan ustadz/ustadzah siapa
mereka belajar dan bermain. Kelas mulai gaduh....meja kursi mulai mereka siapkan, membentuk formasi grouping....semangat sekali, inilah yang selalu kurindu dari anak-anak, yang kadang mampu memompa semangat kami para Asatidz, yang mampu membuat kami harus terus belajar dan belajar, yang harus membuat kami bertambah sabar karena tingkah mereka, Subhaanallah...sebuah aliran energi yang dahsyat sekali.

Aku sendiri...sekarang mendampingi mereka yang di kelas IV, angkatan pertama yang Alamdulillah mulai awal sudah selalu aku ikuti perkembangannya. Sebuah kelas yang dihuni 26 anak, 11 akhwat dan 15 ikhwan. Anak-anak yang sebentar lagi menyambut dan menyongsong masa balighnya. Aku sendiri masih belum punya anak sebesar mereka, anakku yang pertama masih kelas 1, Allah memberiku kesempatan untuk belajar dengan dan dari mereka.

Akhwatnya sudah punya malu, ikhwannya kadang terpergok mataku saling berbisik dengan temannya mengenai teman akhwatnya. Hati-hati kukenalkan pada mereka apa arti baligh..., apa kewajibannya dan apa yang harus dilakukannya. Bagaimana aku harus bisa menjadi sahabat mereka, menjadi guru mereka ataupun menjadi ibu mereka.

Terus belajar nak...bersama ustadzah, Ustadzah juga banyak belajar dengan kalian ... menyongsong masa depan yang semakin besar tantangannya." Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati esok hari.