Kamis, 20 November 2008

Corel Draw

Kamis sore, setelah pelajaran Bahasa Indonesia, anak-anak langsung berhamburan menuju ke ruang komputer. Yap..., pelajaran yang mereka tunggu-tunggu. antusias mereka membuncah takala mereka berhadapan dengan layar monitor ini. Jari-jemari dengan lincah memainkan tuts-tuts dalam keyboard dan mouse.
Hari ini mereka belajar corel draw, begitu yang aku dengar dari us. Ayub (sang suhu bidang ini) dan us. Iin (sang asisten). Maksud hati ingin sih...ikut anak-anak belajar, kebetulan jam terakhir kosong. Tapi..., apa boleh buat, aku harus menyiapkan buku penghubung, mengkoreksi jurnal dan absensi.
Al hamdulillah tugaspun selesai, dengan lenggang tenang aku menuju ke kantor, menyerahkan buku tabungan anak-anak. Tinggal menunggu mereka selesai di ruang komputer. Beberapa anak bahkan sudah rampung duluan. Persiapan sholat ashar kak..., teriakku pada beberapa anak yang bermain sepeda. Kemudian aku menuju ruang komputer... eee...., ternyata masih ada beberapa anak yang masih asyik dengan percobaannya. Iseng aku nimbrung dekat mas Zaky. Gimana kak sudah bisa? Bisa Us..., asyik us..., aku bisa buat ini. Tapi sayang Us di rumahku nggak da program ini ? Jadi aku nggak bisa coba-coba dan belajar di rumah, celotehnya. Kursipun bergerak ke samping kanan mas Zaky, ada mas Sena. Gimana mas ? sudah bisa ? sudah us..., iseng kubuka komputer disebelahnya..., ustadzah juga ingin belajar ah..., kucari programnya. Yap ...,ketemu ku otak-atik bisa, tapi gimana caranya bikin seperti itu ya ? ya namanya coba-coba aku masih belum punya ilmunya.
Kutanya mas Sena, gini lho Us..., tekan mous kiri tahan dan klik kanan. ya..., horee..., aku bisa..., teriakku tanpa sadar. Terima kasih ya mas Sena hari ini ustadzah dapat ilmu dari mas Sena. Mas Sena sudah ngajari ustdzah lho..., ngenalin corel draw. Hebat ih.., mas Sena bisa menerangkan dengan jelas pada Ustadzah. Sekali lagi trima kasih ya mass Sena...,
Spontan us. Ayub yang di sebelah ujung tertawa-tawa. Subhananallah hari ini..., aku telah dapatkan ilmu dari muridku. Subhanallah..., Allah telah memberikan kejelasan lisannya untuk bisa menerangkan suatu hal yang baru padaku. ya..., dari siapapun kita bisa dapatkan ilmu. Seperti hari ini aku telah mengalami hal itu. Dan kemudian dengan bangga kuceritakan pengalamanku hari pada teman-temannya pada ssat closing. Dan dengan spontan semua teman-temannya memberikan aplaus kepada mas Sena. Jazakmulloh Sena... kau telah membukakan pintu pengetahuan baru padaku..., Ustadzahmu.
"Undzur ma qoola wa laa tandzur man qoola"
(Lihatlah apa yang dikatakan janganlah melihat siapa yang berbicara)

Rabu, 12 November 2008

Hari-hari kami Al Qur'an

Aku kadang kehilangan cara bagaimana mndampningi anak- anak dikelasku untuk meningkatkan hafalan surat-suat dalam juz 30. Dalam mengenalkan semua sesuatu yang dipelajari anak-anak aku pasti akan bertanya tentang "AMBAK" (Apa manfaat bagiku) ? Dengan hal itu anak sudah pasti tahu tujuannya dia mempelajari tentang suatu hal. Demikian juga dengan hafalannya.

Aku ceritakan bagaimana dahulu sahabat-sahabat Rosul menjadikan hari-hari mereka adalah Al Qur'an. Lisan mereka setiap hari selalu dihiasi dengan dzikir dan ayat-ayat Allah. bagaimana dahulu para penghafal Al Qur'an syahid di peperangan Azzar Bajjar. Bagaimana Allah dalam ayatnya " Sungguh aku telah turunkan Al Qur'an dan aku menjaganya". bagaimana musuh-musuh islam ingin menghancurkan islam dengan menghancurkan Al Qur'an. mencetak Al Qur'an yang sengaja mereka rusak ayat-ayatnya dengan mengganti tulisan dan harokatnya. Maka lewat "penghafal Al Qur'an" inilah Allah menjaga kelesterian Al Qur'an.

Meskipun anak-anak sekarang belum tahu, apakah dia akan menghafalkan Al Qur'an nantinya, paling tidak mereka sudah memulai untuk mengafalkan surat-surat pendek. Lewat sebuah kajian..., akhirnya aku menggunakan metode Rosulullah kepada para sahabat penghafal Al Qur'an, juga metode guru kami "Al Maghfurlah KH. Abdul manan", anak-anak aku ulai untuk menghafal surat-surat setiap hari 3 ayat sesuai dngan irama lagu murottalnya. Dan mereka setiap hari wajib menyetorkan hafalannya di hadapanku dan teman-temannya. Sebetulnya metode ini juga tidak sama persis, karena mengingat waktu dan kondisi anak-anak.

Subhanallah..., metode inipun kita uji cobakan pada S. Al buruj (22 ayat), dalam 5 hari ada beberapa anak yang sukses menyelesaikan semua hafalannya. Tapi ini juga tergantung pada keaktifan dan keistiqomahan mereka menjalankan metode ini. Dalam 8 kali pertemuan 17 anak tuntas hafalannya. Meskipun demikian masih ada juga yang di hari ke 10 hafalannya belum selesai.

dari pengalaman S. Al Buruj ini, kami lanjutkan ke surat berikutnya yaitu s. Al Insyiqoq 25 ayat. tapi sebelumnya aku akan ungkapkan isi kandungan dalam surat ini pada setiap ayatnya. Lahaula walaa Quwwata Illa Billah..., ini adalah sebuah ikhtiar untuk mengantarkan anak-anak kita cinta pada Al Qur'an. mereka targetkan surat ini selesai dalam 8 kali pertemuan. Semoga Allah memberikan kemudahan dalam setiap usaha untuk menegakkan kalimat-kalimat Allah. Amiin. Kami harapkan partisipasi orang tua untuk ikut memotivasi dan mendampingi mereka.

BSE (Buku Sekolah Elektronik)

Rabu, 12 Nopember 2008

Diawali dengan senam ceria. Diakhiri dengan penutupan seperti biasa, evaluasi atau muhasabah kegiatan harian. Hari ini anak-anak pelajaran SBK membuat kaligrafi Asmaul Husna. Media kertas duplek dengan pewarnaan menggunakan cat. Lumayan sih..., banyak yang sudah rapi, tapi juga banyak yang amburadul, maklumlah anak-anak banyak yang tidak "telaten".

Pada akhir pembelajaran dibagikan sekeping CD, yang isinya memuat semua materi pembelajaran yang kita akses dari Diknas. Gratis lagi..., mudah-mudahan ini sedikit mengurangi keresahan orang tua. Panduan yang kita berikan berupa CD, praktis sih..., tapi ada beberapa anak di kelasku bilang: Us..., komputerku rusak, Us..., aku nggak punya komputer. Wah..., ini urusannya lain lagi, gimana caranya ya...?, yang lain sontak berkoor..., ya.., minta dibelikan lho,

Sebuah pembelajaran dari sekolah, memberikan panduan belajar berupa CD, sebuah tantangan juga untuk orang tua. Kadang mereka punya komputer, tapi mereka senang kalau langsung berupa buku. Sebetulnya ini lebih ekonomis, menurut Us. Agus. Hanya Rp 1800.- kita sudah bisa memberikan fasilitas lengkap untuk panduan anak-anak belajar. Terserah orang tua nantinya, mereka print sendiri semua mata pelajaran atau hanya mereka ambil bagian-bagian materi yang penting untuk pembelajaran.

Anakku "Eca", langsung membuka sendiri CD yang dia dapatkan. Subhanallah..., anak-anak sekarang jauh lebih canggih, dibanding pada jamanku seusia dia. Begitulah perkembangan teknologi yang terus dengan cepatnya melesat.

Semoga upaya sekolah ini disambut dengan senyum bapak, ibu dan anak-anak. Semoga pihak sekolah terus diberikan ide-ide cemerlang., untuk terus mengantarkan anak-anak menjadi generasi yang lebih baik dan "mbeneh" kata Us. Imam.

Senin, 20 Oktober 2008

"Dredeg...."

Ahad 19 Oktober
Pukul 08.00

Kuliahku masuk kembali. Berjumpa dengan teman-teman, setelah kurang lebih tiga bulan liburan. Harus semangat, keenakan libur panjang. Gadis kecilku mulai bertanya... Bunda mau kemana? sekarang kan libur? Bunda mau sekolah nak..., Oh sekolah Bunda sudah masuk ya Bun..., sama dong kayak sekolah adik. Bismillah ... kulangkahkan kakiku... diantar suami tercinta. Aku ingin meraih cita-citaku yang sempat tertunda.
Ahlan wa sahlan...taqobbalallahumma... minal aidzin wal faizin..., saling berjabat erat..., seperti setahun tak berjumpa. Akasia di kampus, angin semilir kurasakan. Syukurku, terus terucap. Ya Allah... rahmatMu begitu besar padaku, Kau tetap berikan kesempatan ini kepadaku, terus bisa belajar..., kuliah, meskipun umur tak lagi muda.

Pukul 09.00
Tarikh tasyri' dan ilmu hadits, ku telaah lagi..., angankupun melayang... berapa tahun yang lalu..., bersama Ustadz Tamrin dari Jawa Tengah, kesempatan ini takkan kulewati tanpa arti. Diskusi mengalir dengan gayeng... sanad, isnad, musnad, matan, rawi, shohih, khasan, dlo'if, mmasyhur, ahad, ghorib, qouliyah, fi'liyah, takririyah dan hammiyah. Terus ku telusuri dengan indah alam ilmu itu, ya Allah... aku haus akan ilmuMu, terus beri aku kesempatan tuk mereguk tetesan-tetesan ilmuMu.

Pukul 13.00
Rombongan ahli Qur'an menjemputku..., TASHIH. Kata-kata ini yang membuat orang-orang yang belajar AlQur'an terus menerus mengasah kemampuannya membaca Al Qur'an. Ke Lamongan tujuan kita. menemui Ustadz. Abu Mansyur, seorang Khafidz Qur'an. Bila membaca AlQur'an orang yang mendengarkan pasti tersentuh hatinya, air matapun kadang tak terbendung. Betapa syahdu bila ayat demi ayat Beliau baca.
Siang ini..., Aku dan empat teman asatidz, Ust.Shoim, Ust. Anggun, Ust. Umi dan Ust. Ufa, serta tiga teman dari Tambak Boyo. Bertemu dengan Beliau yang ramah, wajah Beliau yang ahli wudlu', tutur kata Beliau yang lisan ahli Qur'an..., meskipun di hati kami...dag dig dug..., satu demi satu diantara teman-teman maju untuk diuji. Aku yang mendengar dan mengantarnyapun juga ikut "dredeg" jauh lebih cemas dibanding aku sendiri yang ikut ujian, seperti seorang ibu yang mengantar anak perempuannya melahirkan, jauh lebih cemas dibanding aku sendiri yang melahirkan. Mungkin begitulah perasaanku....
Kulalui waktu demi waktu dengan kecemasan..., akhirnya sebuah berita gembirapun kami terima. Tiga dari empat asatidz "lulus", Alhamdulillah.... Subhanallah...., Allah memberikan anugrah dan kabar gembira pada kami, meskipun dengan itu berarti tugas teman-teman dalam mengemban amanah untuk mengajar Al Qur'anpun lebih berat, tapi Insya Allah... Allah akan memberikan keberkahan dan pertolonganNya.

Selamat kepada:
Ust. M. Shoim, Ust. Umi hanik, Ust. Anggun Nur tafik, yang telah lulus tashih Qiroati..., tapi masih ada dua langkah lagi, yaitu penataran metodologi dan PPL. Baarokallohu laka bil Qur'an
Terima kasih kepada :
Bapak. Sugeng Lesmono sekeluarga, yang telah memberikan pinjaman mobil kepada kami, sehingga kami merasa dimudahkan, Jazakumulloh khoirol jaza, semoga Allah melimpahkan keberkahan kepada Anda sekeluarga.
Terima kasih kepada :
Bapak. M. Ikhwan, suamiku tercinta, yang telah meluangkan waktunya untuk bisa mengantar kami (karena hanya itu yang bisa Beliau berikan), semoga Allah melapangkan rizki bapak, melancarkan usaha bapak, sehungga nantinya bisa berbuat lebih banyak kemaslahatan, Amiin.
Terima kasih kepada :
Semua teman-teman asatidz, Bapak Ibu yayasan Bina Insan Kamil Tuban, yang telah memberikan motivasi dan fasilitas bagi kami untuk selalu belajar dan semangat.
Mudah-mudahan keberhasilan ini bisa memberikan motivasi dan suport kepada teman-teman yang lain, untuk terus memacu diri.

Kamis, 09 Oktober 2008

Foto Siapa ?

Taqobbalallahumma minna wa minkum, taqobbal ya kariim.
Alhamdulillah hari ini saya bisa buka -buka blog, setelah sekian hari libur panjang. Sebetulnya tidak ada alasan untuk tidak menulis cerita dan sesuatu pada blog ini kalau diniatkan sebagai ajang untuk terus mengasah kemampuan menulis saya. Tapi..., saya sangat bersyukur ..., hari pertama buka blog saya dapat ilmu baru.

Siapa ya gambar di atas ini ? Seorang ibu dengan dua putri sholihahnya? yang jelas bukan saya, gambar di atas hanyalah sebuah gambar yang saya temukan di sela-sela saya belajar memasukkan gambar pada blog saya, mau cari foto teman-teman atau anak-anak ternyata nggak ada. Walhasil foto inipun sekarang mejeng di blog saya. Ini yang saya katakan ilmu baru saya. Syukron ya Ukhti.... telah membukakan jendela pengetahuan buat saya. Semoga Allah memberikan kemudahan dari kesulitanmu, semoga Allah memberikan jalan pada sesuatu yang kau upayakan. Jazakumulloh khoirul jaza'.

Kamis, 11 September 2008

Merahnya Bullechi

Brrruak......, si kecil ku pulang sekolah banting pintu. Lama ... Dia membiarkan dirinya asyik di dalam kamarnya. Utinya yang sayang sekali sama Dia agak deg- degan. Kok nggak keluar-keluar ya...? kenapa...? Si Uti agak kebingungan. Biasanya si Adik kalau sudah banting pintu kamar pasti ada apa-apa, kata Uti dengan harap cemas dibukakan pintu kamar.

Adik...adik..., panggil Uti lembut, maklum cucu perempuan kesayangannya (maklum cucu perempuannya baru satu), akhirnya dengan berat hati si Adik bukakan pintu. Kenapa sayang...? kok datang-datang masuk kamar dan banting pintu sih...? kata Uti dengan nada yang sangat hati-hati (Uti khawatir ini jadi kebiasaan buruk si Adik sampai besar nanti, sedikit ada masalah dengan orang lain apalagi dengan suami...bisa bahaya)

Tadi lho Abi...sambil agak sesenggukan Adik menjelaskan duduk permasalahannya, Abi bilang kalo Adik nggak puasa. Lho memang kenapa? Adik habis makan? habis minum? Adik menggeleng. Terus kenapa? Gini lho Uti..., Tadi Adik di sekolah sama-sama teman-teman kan nyari bulechi (yang buahnya kecil-kecil, merah, rasanya manis, ada vitaminnya nggak ya...?) Terus Adik Jadi kepingin, terus Adik nyicipin satu aja, habis Adik nggak bisa nahan..., buahnya yang merah itu kan rasanya manis.

Subhaanallah.... bulechi toh..., emang sih sangat menggoda. Buahnya yang merah-merah bergantungan bikin setiap anak pasti rela berebutan manjat, berebutan sebatang kayu yang biasanya dipakai ngambil buah itu. Meskipun panas terik siang hari, nggak jadi soal.

Gadis kecilku..., siswi TK A, ramadhon kali ini sudah mulai berpuasa, meskipun dluhur berbuka dilanjutkan lagi sampai maghrib. Sahur bersama Kakaknya, meskipun makan dengan mata tertutup karena masih ngantuk, meskipun pulang sekolah selalu tidur siang sambil selalu melihat ke jam dinding karena menunggu waktu buka tiba. Bagi Bunda Engkau anak yang membanggakan.

Tapi hari itu, puasanya batal hanya karena sebutir buah bullechi, yang menurut dia buah yang sangat menggiurkan. Begitulah Nak berpuasa..., berat bagi orang yang tidak mempunyai iman. Wajarlah...bagi engkau gadis kecilku..., di luar sana banyak orang-orang dewasa, di waktu siang orang lain berpuasa eh..., malah asyik makan siang di restoran.

Pengalaman perjalanan spiritualmu di waktu kecil akan terukir sampai kelak engkau dewasa. Bukankah belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, dan belajar sesudah dewasa bagai melukis di atas air.

Do'a Bunda selalu mengiringi setiap langkahmu....I love you.

Kamis, 04 September 2008

Romadhon Kariim

Marhaban yaa Ramadhon..., Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah aku di bulan yang paling mulia, yang didalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, ya....Romadhon Kariim. Bulan yang selalu dinantikan kehadirannya bagi orang-orang yang selalu bisa menikmati keberkahannya.

Marhaban yaa Ramadhon..., Alhamdulillah aku selalu bisa bergembira ketika detik-detik itu akan datang, Aku selalu berusaha untuk menyambutnya dengan suka cita. Betapa tidak ? Bulan yang Subhaanallah..., Engkau limpahkan anugrah yang tak terkira. Ibadah sunnah yang kita kerjakan akan di beri pahala oleh allah sebagaimana ibadah fardlu, ibadah fardlu yang kita kerjakan Allah akan limpahkan 70 kali pahala. Allahu Akbar..., betapa Allah Pemurah di bulan ini.

Marhaban yaa Ramadhon..., malam-malam yang selalu aku rindukan untuk bisa bermesraan denganMu yaa Rabb, malam-malam yang selalu aku nikmati takbir, ruku' dan sujudku. Hari-hari yang siangnya...meskipun dunia semakin panas...,hujanpun tak kunjung turun, kerongkonganpun kering...tapi... nikmat kurasakan. Hari-hari dengan tilawah Quran Mu..., kurasakan semakin syahdu dari pada hari biasa. Inikah nikmat yang Engkau lebihkan Rabb? buat kami hamba-hambaMu yang selalu merindukan belaian RahmatMu, dekapan RahimMu.

Ramadhon...yaa Ramadhon..., hari ini hari kelima, rasanya baru kemarin baru kusambut kedatanganmu, begitu cepat lima hari berlalu, mungkin esok akan terus terasa lebih cepat. Tahan...tahan ...tahan ya Allah..., aku ingin menikmati bulan istimewa ini dengan segenap rasa dan ragaku. Aku takut ya Allah..., bila di bulan yang mulia ini aku tidak gunakan dengan maksimal untuk merih ridloMu. Tapi tiba-tiba kekhawatiran yang lebih besar tiba-tiba menyeruak dalan perasaanku. Aku takut ya Allah...,kalau Ramadhon kali ini menjadi Ramadhon terakhirku...., Jangan... jangan ya Allah.... izinkan aku masih bertemu dengan ramadho-ramadhon Mu yang akan datang. Aku masih belum mempunyai banyak amal yang akan menemaniku untuk mengahadapMu.

Sekali lagi ya Allah..., berikan aku kesempatan untuk menikmati RamadhonMu yang akan datang. Do'a tinggalah do'a, tiada banding dengan kekuatan dahsyatMu. Hamba mohon berikan aku kesempatan untuk merengkuh ridloMu.

Allahumma balighna Romadhona Jud lana Bil Ghufron. Allahumma innaka 'Afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni. Amiin.

Kamis, 21 Agustus 2008

Shodaqoh Ruas Tulangku

Hari itu, Selasa 19 Agustus 08

Dua hari setelah libur, bikin anak-anak kangen dengan sepak bolanya, kangen dengan bercengkrama dengan sohib-sohibnya. Bercerita tentang kegiatan agustusannya. Sampai pada jam istirahat, kulihat anak-anakku kelas empat sudah siap-siap dengan bola plastiknya, bola kesayangannya.

tiba-tiba aku teringat sesuatu... Kak...sudah sholat dluha? pertanyaanku membuat wajah-wajah mereka yang asalnya bersuka cita, tapi tiba-tiba pias dengan pertanyaanku. Raut muka mereka seketika cemberut, manyun dan yang lainnya deh ... pokoknya yang nggak enak dilihat. Aku tersadar .... hari ini aku tidak bisa mengawal mereka karena memang aku berada di kelas lain. Lagian, maaf...(aku lagi nggak sholat) maka lengkaplah sudah alasan yang membuat mereka merasa terbebas dari shilat dluha.

Selesai pelajaran... kutanya anak-anakku yang hebat-hebat ini, anak-anak yang selalu bersamaku melalui hari-hari. sekedar mengingatkan mereka, kenapa sih kok kita harus belajar membiasakan diri untuk sholat yang satu ini. Ku pancing mereka dengan pertanyaan sekitar fadhilah sholat dluha. satu persatu jawaban dari lisan mereka terdengar. Supaya dimudahkan Allah, supaya diberi rezeki, supaya dilancarkan Allah, supaya dibebaskan dari kesulitan (itulah jawaban anak-anak, sama ... meskipun redaksionalnya berbeda)

Tapi... Subhaanallah... ada satu jawaban yang pas kudengar dari antara mereka. Sholat dluha adalah pengganti shodaqoh dari masing-masing ruas tulang-tulang kita Ustadzah. Yap...Inilah jawaban yang aku tunggu-tunggu.

Aku berbalik lagi untuk memancing mereka dengan kenikmatan-kenikmatan Allah. Aku tanya mereka dengan "Pengertian rizki", ternyata...sekali lagi. anak-anak ini adalah anak-anak yang luar biasa... ternyata...mereka tahu bahwa rizki itu tidak hanya berupa kenikmatan materi yang sudah Allah berikan kepada kita. kesehatan, akal yang sehat, kesempatan untuk bisa mencari ilmu, keluarga yang baik, itu adalah kenikmatan yang luar biasa yang sudah Allah limpahkan kepada kita.

Alhamdulillah...puji syukur kepada Engkau ya Allah...yang telah membukakan pintu-pintu kefahaman dan ilmu kepada mereka.

Akhirnya... dua hari setelah itu, anak-anakku sudah mulai semangat lagi dengan sholat dluhanya.Meskipun Aku sendiri belum bisa mendampingi mereka. Subhaanallah... begitu dengan mudah Engkau meluruskan hati-hati yang bening bagai telaga KautsarMU.

Jumat, 08 Agustus 2008

Sekedar melepas lelah.....?

Hari itu Jum'at 8 agustus, Iman namanya...si kecil putra keduanya Ust. Ayyub. Dari Surabaya 3 hari yang lalu di Tuban untuk sekolah, jauh amat.... dari Surabaya. Namanya juga anak-anak, jauh dari Umminya dan "Fia" adik kecilnya...bikin Iman...kadang masih rewel. Dia anaknya ceria, mandiri bikin aku sendiri suka gemes. Karena suasana hatinya belum bisa bikin dia enjoy, kemarin lusanya Us. Eva sempat nagajak dia jalan-jalan, sampai ada ide bawa dia keliling kelenteng. Merasa senang... besoknya dia ngajak main lagi...katanya karena belum bisa keliling di lantai empat, kayak apa yah kelentang dekat rumahku itu...? aku aja belum pernah keliling ke sana.

Tapi hari itu.., ada yang menarik keinginan Iman... tapi tidak keliling kelenteng. Horee...bermain di laut sambil bawa bola. Cerialah wajah si Iman. Rupanya dia sudah janjian sama Si Sulungku Eca. Menunggu Us. Eva..., cemas wajah Iman kulihat. Us. Eva mana ya...? kok lama...? Yang ditunggu sudah datang... seketika... sumringah wajah Iman.

Kami berjalan beriringan...sampai di pantai... angin pantai menerpa iringan jalan kami. Kurasakan segar sekali... apalagi kulihat iring-iringanku, Us. Eva, Iman, Si Sulunku Eca dan Si Bungsuku Qiqi. Dengan membawa bola, minuman dan makanan kecil, (meskipun nggak mereka sentuh karena keasyikan bermain).

Pantai depan gang rumahku, setiap hari kulewati...tapi jarang sekali atau bahkan aku nggak pernah jalan-jalan menikmati pagi atau sore hari liburku, apalagi dengan dua buah hatiku. Tapi sore ini.... benar-benar kunikmati..., apalagi melihat canda tawa mereka. Nikmat yang paling besar buatku. Subhaanallah.... kenapa kulewatkan keindahan yang sudah Engkau sediakan Ya Allah. Bermain dengan mereka dengan gulungan gelombang... ke tengah...semakin ke tengah...aku tidak bisa melepaskan pandangan ku..., selalu berteriak kalau mereka keasyikan dan tambah menengah..., sampai kemudian...., Eca.. gleg...gleg..., Bunda... air lautnya terminum..., oh ya...., airnya pahit kata Iman..., Haa.. pahit ? emang air laut pahit ? eee....keliru asin katanya sambil tertawa...ha...ha...ha.

Bosan mereka bermain air, ganti acara... bermain bola. Iman membagi pemain, Us.Eva dan Aku, Iman dan Eca. Bermain bola dengan mereka, hu..... asyik tapi capek sampai kami kalah 3-1. Ternyata melelahkan. Aku teringat murid-muridku yang nggak punya lelah dan capai, meskipun pulangnya sudah sore, tapi mereka masih saja meluangkan waktu untuk bermain bola. Subhaanallah badan-badan yang kuat dan sehat.

Setelah kami kecape'an dan hari mulai sore..., kami bersiap pulang. Tapi kayaknya, krucuk...krucuk bunyi perut kami. Makan bakso sepertinya asyik sambil melihat laut. Tapi sayangnya "pentol"nya habis. Jadi deh kita makan dengan tahu dan balungan. Dan....sepertinya Eca dan Iman kelaparan mereka sampai haus menambah lontong.

Dan...sore ini... ternyata tidak hanya sekedar melepas lelah... Iman...kulihat sangat senang sekali, apalagi dua anakku dan kami berdua (dengan Us.Eva) sedikit terlepas dari kepenatan kegiatan rutin kami. Allah.... berikan kami kesempatan untuk bisa selalu menikmati keindahan dan keceriaan yang Engkau berikan . Iman... kutunggu kamu di Tuban, belajar dengan kami dan teman - teman.

Minggu, 03 Agustus 2008

Kelas Baruku

Hari-hari aktifpun mulai, persiapan sudah dilakukan, meskipun terkadang masih ada yang kurang di sana dan di sini. Berjumpa lagi dengan anak-anak setelah liburan...wah wajah-wajah ceria, pipi-pipi mereka yang tambah tembem-tembem, kulit-kulit mereka yang tampak tambah bersih ( karena nggak dipanggang di bawah matahari karena keasyikan main bola), senyum sapa dan salam mereka kudengar lagi.

Memasuki kelas-kelas barunya...heboh..., menunggu...dengan ustadz/ustadzah siapa
mereka belajar dan bermain. Kelas mulai gaduh....meja kursi mulai mereka siapkan, membentuk formasi grouping....semangat sekali, inilah yang selalu kurindu dari anak-anak, yang kadang mampu memompa semangat kami para Asatidz, yang mampu membuat kami harus terus belajar dan belajar, yang harus membuat kami bertambah sabar karena tingkah mereka, Subhaanallah...sebuah aliran energi yang dahsyat sekali.

Aku sendiri...sekarang mendampingi mereka yang di kelas IV, angkatan pertama yang Alamdulillah mulai awal sudah selalu aku ikuti perkembangannya. Sebuah kelas yang dihuni 26 anak, 11 akhwat dan 15 ikhwan. Anak-anak yang sebentar lagi menyambut dan menyongsong masa balighnya. Aku sendiri masih belum punya anak sebesar mereka, anakku yang pertama masih kelas 1, Allah memberiku kesempatan untuk belajar dengan dan dari mereka.

Akhwatnya sudah punya malu, ikhwannya kadang terpergok mataku saling berbisik dengan temannya mengenai teman akhwatnya. Hati-hati kukenalkan pada mereka apa arti baligh..., apa kewajibannya dan apa yang harus dilakukannya. Bagaimana aku harus bisa menjadi sahabat mereka, menjadi guru mereka ataupun menjadi ibu mereka.

Terus belajar nak...bersama ustadzah, Ustadzah juga banyak belajar dengan kalian ... menyongsong masa depan yang semakin besar tantangannya." Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati esok hari.

Jumat, 18 Juli 2008

Laskar Nirwana Beraksi

Liburan...hampir saja usai, persiapan-persiapan menyambut mujahid-mujahid kecil kami terus kami lakukan. Ada saja ide-ide cemerlang dari teman-teman "Laskar Nirwana" (julukan baru buat kami). Kita bikin kejutan-kejutan kecil yang bikin mereka "Jatuh cinta di pandangan pertama kita". Pulang sampai sore-sore, mudah-mudahan ini adalah ladang amal kita menuju Nirwana, Amiin.

Kami ingin membuat mereka nyaman dan enjoy berada di lingkungan sekolah, bukan sebuah lingkungan yang menakutkan dan menyeramkan. Seperti banyak diceritakan wali-wali murid kita yang "tidak jadi menyekolahkan" anak-anaknya disekolah lain. Masuk pintu gerbang sudah diteriaki gurunya lewat pengeras suara, soal tes yang banyak dan mbulet kayak soal ujian.

Super Class, istilah untuk kelas satu sekarang, dengan jumlah siswa 15 anak perkelas, sungguh sebuah kelas yang ideal dan mudah-mudahan optimal.


Senin, 16 Juni 2008

SEANDAINYA............

Malam ini....aku ingin menikmati kesempatan yang sudah lama kuinginkan. Kubiarkan tangan ini menulusurinya....kubiarkan anganku...terus melayang dan berandai-andai. Seandainya...aku bisa memilikinya....seandainya aku bisa terus membawanya kemanapun aku pergi.....seandainya Allah memberikan kemudahan untukku memilikinya....seandainya dia menjadi milikku... takkan kubiarkan sekejap saja cerita dan ideku mengalir tanpa kuukir dengannya... terus saja tanganku menjelajahinya....mataku menikmatinya, Oh sungguh berbeda ketika ku lihat yang lain, bening.... 

Banyak teman-teman juga kesengsem ingin memilikinya.... Ust. Agus, Ust Eva, apalagi.... tapi tak apalah....yang penting malam ini aku harus gunakan sebaik-baiknya, kulewati detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, bersamanya... hanya bersamanya.

Eit..... jangan ngeres dulu.... Ini lho yang kumaksud, sebuah benda yang canggih, bentuknya ramping, gampang untuk menuangkan ide dalam bentuk tulisan ataupun gambar, untuk seorang penulis dia bisa menjadi teman "istimewa" .... ya "laptop" (tulisannya benar nggak yah?...)

Malam ini Omnya anak-anak baik hati meminjami aku laptop, padahal... dia sendiri sibuk dengan alat ini. Diajari cara pakainya,..Eh...ternyata beda lho...keybordnya lunak sekali, sekali pantul aja...yap, beda dengan komputer second ku...,yang bunyinya cethak...cethak....(tapi Alhamdulillah jelek-jelek punya sendiri). Layarnya yang begitu bening dan jelas... Oh merasa nyaman berada di depannya meskipun dalam waktu yang panjang.

Aku jadi ingat Ust. Eva....Ust....Jenengan bisa jadi penulis seperti Neno Warisman lho...dengan buku-buku tentang kisahnya mendidik anak-anaknya, tulisannya sederhana tapi bisa menjadi inspirasi bagi ibu-ibu muslimah, tapi bagaimana harus mulai menulis... malas, sibuk, kadang ide muncul di waktu dan tempat yang tidak seharusnya (...sebetulnya hanya alasan...orang yang malas menulis )

Tapi malam ini..., aku merasa telah menjadi penulis beneran di depan alat ini..., ya...mungkin karena obsesi yang kuat sekali...he....he....he, meskipun aku masih mengetik dengan sebelas jariku, yang juga masih belum hafal letak hurufnya, tanganku juga masih kaku menggunakan pengganti moustnya....ih....pokoknya memalukan deh...norak dan katrok...kata thukul.

Terus berandai....dan bermimpi .... sampai kantuk mendatangiku. Butuh stimulan untuk selalu menulis, butuh latihan, dan aku akan terus berusaha.... dan berusaha memilikinya. Amiin

TOKO KECILKU

Hari ini anak-anak sedang evaluasi, aku tidak masuk kelas, kusempatkan buka blog, lama nggak nambah tulisannya. Tapi sebelumnya wajib aku mampir dulu ke blog sahabatku "selalu riang", pasti ada yang baru.

Yap... benar sekali..., ghiroh menulisnya luar biasa..., tapi e...e... namaku kok disebut-sebut...ditangannya sebuah kisah sederhana jadi luar biasa, di tangannya cerita biasa jadi istimewa, sungguh karunia Allah yang luar biasa. Dan dari Dia aku mengenal e-mail, blog, Syukron ukhti...biar aku nggak jadi ustadzah "gaptek"

Terus kuikuti blognya...,ada yang menarik di sana...sebuah foto, seorang bapak yang dia ceritakan dan yang dia sanjung dalam tulisannya, tapi ... siapa gadis di sebelahnya ?...oh...ternyata si"mbarep"yang lagi digadhang cucu darinya

Dari ceritanya, aku teringat Ayahku dan masa-masa menjelang pensiunnya (Beliau seorang pegawai di Kodya Surabaya). Beliau rancang dan Beliau wujudkan dengan istri tercintanya, hasilnya sebuah toko kecil di depan rumahku. Ummiku yang seorang aktifis dan wiraswastawan seperti mendapat tambahan energi dari sang Ayah. Tidak ada keluhan...menghadapi masa pensiunnya, Ayahku bersemangat sekali seperti menyongsong hari-hari istimewanya. Dari "toko kecil" kami itulah aku banyak belajar. Belajar...bagaimana harus bekerja keras (toko kami pasti buka paling pagi "ba'da shubuh) untuk menyambut rizki yang sudah Allah sediakan, belajar...bagaimana harus bersabar ketika pendapatan toko mengalami penurunan, belajar...bagaimana harus ramah kepada pembeli karena mereka ibarat raja di toko kami, belajar... kreatif dan inovatif supaya toko kami ramai dikunjungi pembeli, belajar... bagaimana harus jujur dalam takaran dan timbangan, belaja... bagaimana harus konsekuen dengan perintah zakat. Subhaanallah...."toko kecilku" banyak memberikan pembelajaran bagiku bagaimana menghadapi dan menghargai kehidupan, selain juga memberikan tambahan finansial yang sangat berarti bagi kami enam bersaudara.

Aku dan "toko kecilku" mengiringi perjalanan kami sekeluarga, semua putra-putri ayahku menikah...sampai saat itu datang. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Roji'un... Ummiku tercinta meninggal dengan penyakitn yang tanpa diketahui sebelumnya telah menyertai Beliau menjemput ajalnya. Sekelebat.... bayang-bayang Beliau menyertaiku. Aku rindu Mi....satu setengah tahun Beliau meninggalkan kami....tak kuasa air mata ini aku tahan....Aku rindu Mi....terngiang pesan Beliau "jadilah orang yang bermanfaat, pesan itu selalu beliau bisikkan kepada kami putra-putrinya dan menantu-menantunya. Tak terasa terus air mataku mengalir....sampai anak-anak terheran-heran melihatku...Ustadzah menulisnya kok sambil menangis....biarlah nak...engkau masih belum tahu rasanya kehilangan, apalagi seorang ibu. Tiada lagi doa-doanya yang selalu kita inginkan, tiada lagi pelukan hangatnya yang bisa menghilangkan keresahan, perhatian manjanya....kenangan yang begitu indah... maaf aku tidak bisa lagi melanjutkan cerita tentang beliau...

Kembali lagi ke "toko kecilku", kini Ayahku tetap sibuk mengurusnya, selain organisasi dan ta'lim untuk menghabiskan hari tuanya, sekiranya Ayahku bahagia dan cukup, "ora usah mikir Ayah, cukup hasile toko lan duit pensiunan", kadang justru Ayahku yang ngasih aku dan cucu-cucunya uang saku kalo aku berkunjung ke rumah Beliau di Surabaya.

Mudah-mudahan Beliau bisa bahagia di hari tuanya, tanpa membebani anak-anaknya, tanpa didampingi lagi istri tercinta, Aku sebagai anak ... kebahagian apa lagi yang aku berikan kepada Ayahku selain bisa menjalani hidup dengan baik dan bisa membuat Beliau bangga. Allahumma Thowwil Umurohu wa Barik fi Umrihi...Amiin.


Kamis, 22 Mei 2008

B L T

Bantuan Langsung tunai, yang lagi ditunggu-tunggu orang-orang yang merasa berhak
mendapatkannya. Sebuah program pemerintah, yang sekilas memang ingin meringankan penderitaan kaum dluafa'. Tapi lagi-lagi karena sebuah sistem yang kurang pas, bantuan ini sampai di tangan mereka tidak dalam keadaan "utuh". Dan lebih parahnya lagi... uang yang akan mereka dapatkan ini sudah ditunggu oleh kebutuhan-kebutuhan yang harus segera dipenuhi.

Banyak mereka ditanya tentang " Dipakai apakah uang yang mereka dapatkan nanti? ", bayar sekolah, bayar tagihan listrik, bayar hutang, atau kebutuhan lainnya. Tidak ada di antara mereka yang menjawab " dipakai untuk mulai buka usaha, atau modal untukmenambah nafkah". Saya dan beberapa orang teman yang memperbincangkan masalah ini di masjid Insan Kamil "masjid paling sejuk seTuban yang bikin orang betah di sana (ta'lim, jagongan, apalagi tiduran ya.....) Akhi Us.Tholib, mengambil kesimpulan... "Itu artinya Us...Untuk biaya hidup saja mereka kesulitan apalagi untuk modal usaha, yang terpenting bauat mereka adalah kebutuhan hidup terpenuhi dulu.


Tapi..., saya punya kesimpulan lain : " Itu artinya mereka tidak mempunyai daya cipta dan daya karsa, bagaimana caranya supaya kebutuhan hidup mereka "nantinya" akan terpenuhi. Ironis sekali... negara ini yang katanya kaya, tapi angka kemiskinan terus bertambah. Tapi kemungkinan yang lain juga karena pendidikan kita yang hancur.

Life skill yang rendah, mungkinkah menghasilkan manusia yang terampil? Lewat Insan Kamil ini, bersama kita wujudkan generasi yang tangguh menghadapi tantangan zaman.

Minggu, 18 Mei 2008

Temanku...seumur ayahku

Kesempatan belajarku yang tertunda, kukejar saat ini, meskipun lelah... tapi aku harus mampu dan mau. yap...sebuah konsekuensi yang harus aku hadapi. Liburan hari ahad tidak bisa lagi aku nikmati, meskipun sore harinya wajib bagiku untuk meluangkan waktuku, sekedar jalan-jalan dengan kedua buah hatiku. Anak-anak yang hebat pasti merengek minta jalan-jalan. Jalan-jalan yang murah ... paling-paling hanya ke alun-alun kebanggaan Tuban, sambil membawa bekal dan bola, kesempatan yang berarti buatku...bermain-main dan bercanda, permintaan yang tidak neko-neko.
Kembali ke kegiatan belajarku. Benar kata Rosulullah " Belajar dari buaian sampai liang lahat". Aku bersyukur masih diberi kesempatan oleh Allah. Ingat hal itu.... aku jadi ingat temanku sekelas, seorang bapak-bapak atau lebih pas lagi seorang kakek-kakek. Umurnya seumur Ayahku (perkiraanku 65 tahun). Aku kadang sering melihat beliau sosok yang mengingatkanku pada ayahku tersayang, yang sudah "sepuh" karena bertambahnya usia.
Benar-benar beliau punya semangat yang luar biasa, tidak pernah absen, padahal rumah beliau sangat jauh...daerah montong. Subhanallah...beliau menjadi pemantik semangatku. Aku yang masih muda (dibanding beliau lho....?), masak males-malesan, malu deh rasanya.
Walhasil....meskipun capek, meskipun harus kehilangan hari liburku...La Ba'sa
yang penting aku dapat ilmu dan pengalaman buat hidupku.

Sabtu, 17 Mei 2008

Ro'... Ro'... Ro'.....

Ketika seseorang mendapat amanah dari Allah dan manusia, maka ikhtiar pertama yang harus dia lakukan adalah mewujudkan amanah tersebut, bagaimana daya upayanya agar amanah itu bisa terwujud. Manusia punya keterbatasan, tetap yang paling utama kita tuju adalah Allah dan pertolongannya, supaya memberikan kemudahan pada daya dan upaya kita.
Aku adalah seorang guru (Al Qur'an) yang diberi amanah oleh para orang tua siswa, bagaimana anak-anak mereka bisa membaca Al Qur'an, meskipun sebetulnya tidak hanya pada membaca saja, generasi Qur'ani, itulah keinginan mereka.
Berawal dari membaca, mereka akan cinta pada Al Qur'an. Tapi ada hal yang mengganjal sehubungan dengan amanahku ini, banyak anak-anak yang belajar baca Qur'an mengalami kesulitan pada pelafalan. Aku kadang-kadang berupaya semampuku...
Dulu aku pernah menangani anak cadel "R", tapi setelah aku teliti dan aku dengarkan ... ternyata dia masih punya getar "R", maka aku simpulkan bahwa dia tidak cadel bawaan, setelah aku kroscekkan denga bundanya, ternyata benar... ini juga karena kesalahan orang tua ketika "mbelajari" anaknya berbicara dengan logat"pelat-pelatan". Setelah itu ... aku dengan segala cara dan tetap mengharap pertolongan Allah melatih anak ini melafalkan "RO' " dengan benar. hari berganti pekan, pekan berganti bulan, bulan demi bulan...Dan... di luar kemampuanku...Subhanallah... anak ini dengan jelas dan fasih mengucapkan Ro' ... Ro'... sepertinya aku tidak percaya pada telingaku, berkali-kali anak ini mengucapkan Ro'...Ro'... Ro'... rupanya dia juga sangat senang, karena kekurangannya inilah dia sering diejek teman-temanya 'Pelat...pelat...pelat", sebuah perjuangan... hal kecil yang mampu mendongkrak kepercayaan dirinya menjadi lebih kuat.
Masih banyak anak-anakku yang mempunyai masalah-masalah seperti ini, barangkali kalau pengunjung blog saya menaruh simpati pada saya, mohon berikan informasi kepada saya tentang hal-hal atau buku - buku yang harus saya baca dan saya pelajari. Saya tetap yakin "Nashrun minallah - pertolongan itu hanyalah dari Allah "

Jumat, 16 Mei 2008

Terpana dengan ayat-ayat......

Booming film ayat-ayat cinta dan fenomenanya. Juga pada anak-anak, sedikit-sedikit mereka bilang "La' - La' ". Mereka dengan malu-malu pasti bilang itu kan yang ada dalam film ayat-ayat cinta. Ustadzah..., "Suwaiyah" itu apa us ? lagi-lagi yang mereka tanyakan pasti terinspirasi dari film itu. Sebegitu dahsyatnya fenomenanya. Atau kadang akhwat-akhwat kecil yang lucu-lucu dan menggemaskan pasti berlagak menjadi Aisyah dengan menggunakan cadar seadanya, kadang dari jilbab mereka, mukena mereka atau dari apalah... yang bisa mereka gunakan untuk menutupi sebagian wajah mereka. Subahaanallah...meskipun mereka masih belum faham betul tentang isi dan makna dari film tersebut.
Seiring dengan berjalannya fenomena film ini, bagiku itu tidaklah sepadan dibandingkan dengan fenomena yang setiap hari aku lalui dengan mujahid-mujahid kecilku. Ketika mereka membaca Al Qur'an, ada saja yang mereka tanyakan, entah karena mereka mengenal kata-katanya. Ketika kita membaca surat Al An'am, mereka banyak menemukan kosa kata " Qomarun, Syamsun, Ibrohim", pasti dengan semangat mereka akan mengartikan penggalan kata-katanya. Us... ini apa toh artinya? kok ada nama Nabi Ibrohim, kok ada Syamsun...itu kan artinya matahari ya..? kok ada Qomarun...itu kan artinya bulan ? apa hubungannya...? Mereka yang sudah pernah dengar cerita Nabi Ibrohim akan menebak...Oh...itu ceritanya Nabi Ibrahim yang sedang mencari Tuhan kan...?.
Al Hamdulillah...dalam hati aku harus bersyukur ya Allah... di tengah-tengah merebaknya fenomena ayat-ayat cinta, subhanallah ... ternyata mujahid-mujahid kecilku masih sanggup terpana dengan ayat-ayatmu. Luar biasa...tajamkanlah hati dan pikiran mereka untuk selalu menemukan kedahsyatan ayat-ayatmu. Dan tambahkanlah untukku ilmu...supaya aku dapat mendampingi mereka yang akan selalu terpana dengan ayat-ayatmu.

Selasa, 15 April 2008

BUAT MEREKA TERSENYUM

"Senyum tanda bahagia", begitulah orang biasa menterjemahkan sebuah senyuman. Dalam sebuah pesan baginda Nabi, "Senyummu di hadapan saudaramu adalah shodaqoh". Itu adalah senyum kita untuk orang lain. Tapi bagaimanakah kita membuat orang lain tersenyum karena suatu hal dari kita?... Kadang kita tersenyum untuk orang lain saja susah, bisa...agak dipaksakan, tarik bibir kita ke atas 2 cm ke kanan dan ke kiri, tarikan bibir kita tidak kompak kanan kirinya saja, bukan katagori "senyum". Apalagi membuat orang tersenyum ....

Terkadang hal kecil yang kita lakukan untuk orang lain, bisa membuat orang tersenyum dan bahagia.

Suatu hari, sebuah tantangan baru. Membuat peluncur roket, di Jepang, ini mainan untuk adik playgroup, di Indonesia, ini mainan tingkat mahasiswa. Teman-teman Asatidz SD Islam Insan Kamil pinginnya selangkah lebih maju, ini mereka rancang untuk mainan anak-anak SD Islam Insan Kamil.

Materi mereka siapkan dari beberapa sumber, download dari internet, memanfaatkan fasilitas gress Insan Kamil. Setelah semua siap..., mereka panggil p. Iwan( seorang wali murid yang punya ghiroh besar untuk membantu teman-teman asatidz), meskipun nggak pernah bikin, melihat rancangannya saja...dengan penuh keyakinan Beliau ambil tantangan ini. Setelah muter-muter cari bahan, besoknya seharian... dengan penuh "ketelatenan dan ketelitian" ( ini yang tidak aku punya, sering aku harus banyak belajar pada beliau), beliau mulai mengerjakan tantangan ini. Seharian penuh beliau mengerjakan peluncur roket ini (ya Allah...berikan kemudahan rizkiMu buatnya, amiin...). Tidak sia-sia .... peluncur roketpun berhasil dirancangnya.
Keesokan harinya..., dengan penuh antusias, anak-anak mulai mencoba roketnya untuk diluncurkan...Alhamdulillah berhasil...berhasil ...yes ..., basah kuyup mereka terkena cipratan dan semprotan air dari roket mereka. Ya...jadi basah deh... nggak pa-pa us...yang penting kan bahagia, celetuk mbak putri yang terkenal kalem ini menimpali. Kok bahagia nak... ia... kan kita berhasil meluncurkan roketnya, akhirnya mereka sama-sama bahagia dan tertawa sambil memandangi satu persatu roket mereka diluncurkan.
Subhanallah...senyum mereka tulus membahagiakan Asatidz yang mendampingi mereka bikin proyek akhir, senyum mereka membuat bahagia Ust.Agus yang punya ide bikin roket air, senyum mereka indah di mata p. Iwan yang sudah meluangkan waktunya untuk membantu menterjemahkan keinginan asatidz membuat peluncur roket.
Ya Allah izinkan kami untuk selalu bisa memberikan senyuman kami kepada mereka, dan izinkan kami untuk selalu bisa menikmati senyum mereka.



Jumat, 11 April 2008

"Ku sediakan telingaku"

Sabtu, 12 April 2008
Bubaran KBM , untuk beberapa anak hari ini adalah yang mereka tunggu. Tika, Irin, Shofi, Ifa, Miftah, Ais,Icha dan Farah. Sedikit tegang wajah mereka, tapi kulihat ada yang lebih tegang... Ayah dan Bunda mereka. "Tes kenaikan jilid Qiroati"..., bukan "Tes kenaikan pangkat"..., tapi bagi mereka ini juga tak kalah pentingnya untuk kehidupan mereka kelak.Didampingi ortunya masing-masing di sebelah mereka. Aku jadi teringat "Mamamia", acara di sebuah televisi yang saat ini lagi "ngetrend-ngetrendnya".
Seringkali Mama juga ikut mengingatkan bacaan anak-anaknya yang salah. Al Hamdulillah... inilah saatnya orang tua juga harus memperhatikan keberhasilan belajar sang anak, bahkan sampai pelajaran Al Qur'an. Tidak seperti waktu kecilku dulu, pertama diantarkan ke rumah seorang Ustadz " dipasrahkan"...(bongko'an lagi) sampai beberapa tahun, ...tahu...tahu anaknya sudah hatam.
Kembali pada Tes Qiroati "Ala Insan Kamil" ....
Orang tua akan serentak kontak Dewan Asatidz kalo anaknya kok lama...nggak maju tes. Sebuah perhatian yang luar biasa, meskipun kadang orang tua tidak mau tahu kekurangan anaknya apa? (pelafalan huruf? mengingat huruf? konsentrasi rendah ? atau yang lain...?)yang kadang membuat Asatidz "mumet" mikir gimana caranya.
Hari ini aku harus menyediakan telingaku dan perhatianku pada "Delapan muslimah kecil" di hadapanku. Satu persatu...halaman perhalaman mereka baca dengan baik dan lancar, meskipun terkadang masih saja ada yang "keselip", kurang panjangnya, kurang dengungnya, kurang fasih hurufnya. Tapi...ya itulah anak-anak. Ditutup dengan hafalan surat pendek dn tashdiq, selesailah tes hari ini. Kubacakan satu-satu koreksi kekurangan mereka. Akhirnya aku mengambi keputusan kalo mereka berdelapan bisa melanjutkan ke jilid berikutnya. Pasti dengan dua syarat yang selalu aku berikan kepeda murid-muridku,"muroja'ah setiap ba'da sholat maghrib dan disiplin, tertib pada jam Al Qur'an. Sontak mereka berenambelas "dengan ortunya" mengucapa Hamdalah bersamaan, meskipun tanpa komando dibaca bersama.
Bias wajah dan nafas kelegaan aku perhatikan, ...
Ya Allah...Hari ini kusediakan telingaku untuk menyimak firman-firman Mu dibaca kedelapan muridku,...Sudilah kiranya Engkau menyedikan "pendengaran Mu" untuk do'a kedelapan muridku untukku...., Amiin.